Sabtu, 24 Juli 2010

Wacana Pembentukan Kabupaten Tangerang Utara Kian Menguat






Setelah berhasil mendorong Kota Tangerang Selatan dan disahkannya UU Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang Selatan (Tangsel) oleh Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 29 September lalu, Kini Sejumlah tokoh masyarakat, tokoh pemuda, lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta beberapa camat diwilayah utara menggelar rapat pembentukan kabupaten tangerang utara, di aula kantor kecamatan sepatan timur.

Jumat (16/4) Wacana pembentukan Kabupaten Tangerang Utara yang di luncurkan Ismet Iskandar beberapa bulan lalu itu tampaknya akan menjadi bola salju. Bahkan Untuk merealisasikan wacananya tersebut, Ismet Iskandar mengungkapkan, berkas persayaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, yang menggantikan PP No 129/2000 telah dipenuhi pihaknya. Menurut Ismet berkas persayaratan itu telah diajukan kepada Badan Legislasi DPR RI di Jakarta bersamaan dengan Rapat Paripurna DPR tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru pada tangal 29 November lalu.

Di dalam berkas yang diajukan itu, rencananya Kabupaten Tangerang Utara terdiri dari 11 kecamatan, masing-masing Kosambi, Pakuhaji, Sukadiri, Sepatan, Kemiri, Gunung Kaler, Sepatan Timur, Rajeg, Teluknaga, Kronjo, dan Mauk.

Sedangkan di Kabupaten Tangerang Tengah terdiri dari enam kecamatan, masing-masing Kelapa Dua, Pagedangan, Cikupa, Panongan, Legok, dan Cisauk.

Jadi nantinya setelah dimekarkan kembali, Kabupaten Tangerang (daerah induk) hanya tersisa yaitu Kecamatan Tigaraksa, Jambe, Solear, Jayanti, Balaraja dan Cisoka.Sementara yang sudah dimekarkan dalam Pemerintahan Kota Tangsel seperti tertuang dalam UU Pembentukan Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang Selatan ialah Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Setu, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara.


Dengan demikian, apabila terealisasi pada suatu saat nantinya, maka Kabupaten Tangerang akan termekarkan menjadi lima daerah kota/kabupaten yaitu Kota Tangerang Selatan (tinggal menunggu pengesahan Presiden RI), Kabupaten Tangerang Utara, Kabupaten Tangerang Tengah dan Kabupaten Tangerang (induk) serta Kota Tangerang (yang teleh dimekarkan sejak tahun 1993). (End�S/Blog TR)


Sumber:

http://bantenpost.com/berita.php?berita=BU/BNTP/04/10/0171

17 April 2010


Sumber Gambar:

http://papilukas.blogspot.com/2009/03/mancing-di-laut.html

http://www.promolagi.com/potret_det.php?jid=30

http://www.bpkp.go.id/unit/DKI%20II/peta_banten.gif

http://alexemdi.files.wordpress.com/2008/12/peta-kab-tangerang.jpg






Peta Tangerang Utara


View Larger Map



Jumat, 23 Juli 2010

Sekilas Kecamatan Gunung Kaler

Kecamatan Gunung Kaler adalah Kecamaan pemekaran dari Kecamatan Kresek, dengan luas wilayah 55,60 km2 (sebelum pemekaran), mempunyai penduduk lebih kurang Laki-laki : 31.732 jiwa, Perempuan : 30.619 jiwa, Jumlah : 62.351 jiwa (per-Januari 2008). dengan jiwa pilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden kemarin berjumlah : 34.036 jiwa. Kecamatan Gunung Kaler berada di di wilayah paling ujung Kabupaten Tangerang berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang dengan dibatasi oleh sungai Cidurian, dan juga Kecamatan Gunung Kaler membawahi 9 (sembilan) Desa yaitu : Desa Gunung Kaler, Desa Sidoko, Desa Rancagede Desa Kedung, Desa Cipaeh, Desa Onyam, Desa Tamiang, Desa Kandawati dan Desa Cibetok. adapun batas wilayah Kecamatan Gunung Kaler adalah sebagai berikut :

Sebeah Utara berbatasan dengan Keamatan Mekar Baru (Pemekara dari Kronjo)
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kronjo
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kresek
Sebelah Barat berbatasa dengan Kabupaten Serang.


Sebelum dimekarkan, Kecamatan Gunung Kaler merupakan sebuah Desa yang sangat tertinggal, disamping karena SDM dari penduduknya kurang memadai juga karen myoritas penduduknya berpenghasilan dari petani penggarap. namun karena letaknya berada di tengah-tengah wilayah yang akan dimekarkan dan ditengahnya pula terdapat jalan poros penghubung antar Desa, Kecamatan, Kabupaten bahkan Provinsi, maka Desa Gunung Kaler lah yan strategis menjadi ibu kota Kecamatan.


KONDISI SOSIAL BUDAYA

Kehidupan Sosial masyarakat Sampai saat ini, dikategorikan sebagai penduduk pra sejahtera. Kultur Budaya masyarakat Kecamatan Gunung Kaler memiliki kultur budaya campuran Jawa dan Priangan. Masyarakat Kecamatan Gunung Kaler berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah.

Kesenian Daerah masyarakat Kecamatan Gunung Kaler termasuk masyarakat yang dinamis dan gemar juga akan kesenian. Karakter kesenian yang ada di Kecamatan Gunung Kaler adalah perpaduan antara seni budaya Banten, Cirebonan dan Priangan. Beberapa kesenian yang berkembang sampai saat ini adalah Seni Bela Diri atau Pencak Silat yang diiringi oleh musik Kendang.



Pengembangan SDM aparatur meliputi : ketrampilan dan kualifikasi individu, pengetahuan, sikap, etika dan motivasi personil yang bekerja pada suatu unit kerja atau organisasi.

Untuk mencapai Gunung Kaler lebih maju, maka kami bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Membangun sumber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitasi pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan jasa, serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, dan sektor informal.
4. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata ruang yang terstruktur.
5. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung jawab (good governance).
6. Meningkatkan pembangunan infra struktur bagi percepatan aspek-aspek pembangunan.
7. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan partisipasi kritis dalam proses pembangunan.
8. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam kegiatan pembangunan.



Akhir 2010 PLTU 3 Banten Beroperasi (Kemiri)

Pembangunan PLTU 3 Banten, Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, sudah mencapai tujuh puluh persen. Ditargetkan Desember ini, proyek listrik nasional 10.000 megawatt itu telah dapat menghasilkan listrik.

Manajer Bidang Engineering Pembangkitan Lontar Wawan Darmawan mengatakan, meski telah dapat menghasilkan listrik, namun PLTU itu belum dikomersilkan.

“Kami masih harus melakukan tahapan lagi, seperti tes. Sekitar tiga bulan ke depan, listrik itu COD (comercial of dead) atau dikomersilkan. Ya, antara Februari atau Maret 2011,” ungkap Wawan, di sela-sela kegiatan peduli lingkungan berupa pemberdayaan ternak udang dan bandeng, di lokasi PLTU 3 Banten, Kamis (11/2).

Kegiatan sosial yang merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) ini dilakukan bersamaan dengan pengobatan gratis di Halaman Kantor Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang.

Wawan mengungkapkan, proyek PLTU 3 Banten di Lontar ini menghasilkan sekitar 3X315 megawatt. Proyek ini merupakan bagian dari proyek PLTU Labuan yang menghasilkan 2X300 megawatt, PLTU Rembang yang menghasilkan 3X315 megawatt, dan PLTU Pacitan yang menghasilkan 3X315 megawatt. “PLTU Labuan telah diresmikan Presiden. PLTU di Lontar ini yang kedua diselesaikan dan memiliki tiga unit,” kata Wawan.

Menurut rencana, peresmian akan dilakukan menteri atau Dirut PLN Dahlan Iskan. “Meski kami berharap, Bapak Presiden bisa juga meresmikan PLTU di sini,” ujarnya.
Wawan mengatakan, kebutuhan batu bara untuk energi listrik di PLTU 3 Banten, Lontar ini didatangkan dari Kalimantan. Namun, pihaknya belum mengetahui pasti berapa jumlah kebutuhan batu bara di PLTU ini.

Sementara, Sekretaris Proyek PLTU 3 Banten, Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang Rusdy Johan mengaku, program CSR menjadi upaya paling tepat dan efektif dalam menjalin kedekatan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
Diungkapkan, kegiatan sosial ini dilakukan setiap tiga bulan sekali. “Anggaran yang kami sediakan untuk CSR ini antara Rp 20 juta hingga Rp 40 juta,” kata Rusdy(Tim_One)


Sumber :

http://kontakmediainfo.blogdetik.com/2010/02/13/akhir-2010-pltu-3-banten-beroperasi/

13 Februari 2010



Pembangunan PLTU 3 Banten Capai 60% 

Pembangunan mega proyek PLTU 3 Banten di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang terus dikebut. Hingga saat ini pembangunannya telah mencapai 60%.

Percepatan pembangunan itu dilakukan agar persoalan krisis listrik yang terjadi saat ini serta adanya keterlambatan penyelesaian proyek pascaaksi kerusahan warga pada pertengahan tahun 2008 lalu, menjadi dasar PT PLN untuk mempercepat pembangunan.

General Manager PT PLN (Persero) Pembangkitan PLTU 3 Banten, Soelijanto Hary Poerwono mengatakan, bentuk percepatan pembangunan mega proyek itu ditandai dengan dimulainya speed program, penambahan peralatan dan tenaga kerja yang ada, baik asing maupun lokal.

“Hingga kini, total pengerjaan proyek, mulai dari kontruksi dan non kontruksi sudah mencapai 60 %. Merujuk target, seharusnya mega proyek itu sudah rampung pada pertengahan 2010 mendatang.Namun karena terjadi kerusuhan beberapa waktu lalu menyebabkan terlambat hingga setahun,” ujarnya, siang ini.

Padahal, kata dia, terjadwal pembangkit listrik unit 1 dijadwalkan rampung pada April 2010, unit 2 Juni 2010 dan unit 3 Agustus 2010. Kini ditargetkan, keseluruhan pembangunan, mulai dari pembangkit listrik unit 1, 2 dan 3 akan rampung dan dapat beroperasi pada pertengahan 2011 mendatang.

Project Coordinator PLTU 3 Banten, Rusdy Johan menyatakan, mega proyek PLTU 3 Banten berdiri diatas lahan tidak kurang dari 22 hektar milik PT PLN dan Perhutani itu dikerjakan oleh kontraktor Konsorsium Dongfang Electric Coorporation dan PT Dalle Energy.

“Mega proyek ini memiliki kapasitas tenaga listrik 3 x 315 MW. Sedangkan operasionalnya menggunakan batu bara kalori rendah. Dalam setahun, diperkirakan operasional PLTU 3 Banten ini akan membutuhkan hingga 4.273 juta ton batu bara,” katanya.

Sedangkan produksi listrik yang dihasilkan PLTU 3 Banten, lanjut Rusdy, dalam setahun diperkirakan mencapai 13.797.000 MWh dan akan langsung dihubungkan dengan jaringan listrik Jawa-Bali melalui dua gardu, masing-masing gardu (G1) Teluk Naga dan gardu (G1) New Tangerang.(hut)

Sumber :

http://tangerangnews.com/baca/2009/12/25/1988/www.tangerangnews.com

25 Desember 2009



Sepatan Tertinggi Kasus Gizi Buruk

Kasus balita dengan gizi buruk masih marak terjadi di hampir semua kecamatan di Kabupaten Tangerang. Namun, rekor tertinggi masih dipegang Kecamatan Sepatan. Daerah di kawasan Kabupaten Tangerang Utara itu menjadi kecamatan yang paling banyak ditemukan kasus balita gizi buruk.

Di antara 5.900 balita yang terdaftar di Puskesmas Sepatan, 178 bayi mengalami malnutrisi (nama lain gizi buruk). Angka ini didapat dari hasil penimbangan terakhir hingga Agustus 2009 lalu. Sedangkan di tahun 2008, terdapat 154 balita gizi buruk dari 5.000 balita yang terdaftar di Puskesmas Sepatan.

"Jumlahnya memang mengalami peningkatan. Kecamatan Sepatan menjadi yang tertinggi kasus balita gizi buruk dalam dua tahun terakhir," kata dr Indra Suardi, Kepala Puskesmas Sepatan, Rabu (11/11/2009).

Hari itu, Puskesmas Sepatan mendatangkan dokter ahli spesialis gizi dari RSUD Tangerang. Di ruang klinik gizi puskesmas itu, puluhan balita dan anak-anak menjalani pemeriksaan. Hari itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang memang sedang mengadakan pemeriksaan gizi gratis.

Hasil pemeriksaan, banyak balita dan anak-anak memiliki berat tubuh tidak sebanding dengan usianya. Salah satunya adalah Nindi. Putri pasangan Asep dan Mulyati ini memiliki berat badan hanya 9,7 kilogram. Padahal usianya kini sudah 10 tahun. Jika dibandingkan dengan berat badan anak-anak seusianya, Nindi tergolong mengalami malnutrisi.

Mulyati, ibu kandung Nindi mengatakan kondisi tidak wajar pada tubuh Nindi mulai terlihat sejak putrinya itu berusia 4 tahun. Ketika itu, Nindi mengalami gejala sakit panas. Keadaan ekonomi dengan penghasilan pas-pasan memaksa warga Desa Karet RT 01/01 Kecamatan Sepatan itu hanya pasrah ketika putrinya tak bisa mendapatkan perawatan. Kini, penyakit Nindi bertambah parah. Ia tidak bisa berjalan dan berbicara.

"Saya kerja jualan sayur. Penghasilan saya rata-rata Rp 7 ribu-Rp 15ribu perhari. Kalau suami saya bekerja sebagai pengumpul barang bekas. Uang yang saya terima dari suami Rp 200 ribu tiap dua bulan sekali," kata Mulyati.

Kepala Puskesmas Sepatan dr Indra Suardi menjelaskan penyakit yang diderita Nindi disebabkan malnutrisi atau penyakit kurang gizi yang tidak tertangani secara dini. Secara umum, dr Indra Suardi mengatakan akar permasalahan kasus gizi buruk di kecamatan ini memang cukup kompleks.


Faktor utama adalah kondisi ekonomi keluarga balita yang lemah. Selain itu, minimnya pengetahuan orang tua tentang pemberian gizi seimbang kepada bayi. Hal lain yang ikut memicu kasus gizi buruk, tambah Indra, adalah lingkungan yang kumuh.

Lebih jauh Indra mengatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kasus gizi buruk. Diantaranya pemberian makanan tambahan seperti susu dan biskuit, memberikan penyuluhan tentang gizi dan
menempatkan kader di pos gizi setiap desa. "Yang terpenting sebenarnya adalah meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pemberian gizi seimbang kepada bayi," kata Indra.

Puskesmas Sepatan saat ini menjadi percontohan penanganan gizi buruk. Artinya, perawatan penderita gizi buruk sudah dapat dilakukan di puskesmas ini melalui rawat inap. Selama ini, perawatan inap penderita gizi buruk hanya dilakukan di RSUD Tangerang. Sepanjang 2009 ini, Puskesmas Sepatan sudah merawat inap penderita gizi buruk sebanyak 11 balita. (bh/gun)


Sumber :

Sugara Radithya - klikp21.com  

http://klikp21.com/metronews/4370-sepatan-tertinggi-kasus-gizi-buruk

12 November 2009



Akar Betawi-China di Teluk Naga

Menjelajah Teluk Naga makin terasa menyenangkan dan menggugah penasaran ketika menyelami kisah sejarah yang menyertainya.

Daerah itu dinamakan ”Teluk Naga” karena, menurut pakar sinologi, Eddie Prabowo Witanto, dan dari beberapa cerita tentang asal-usul Teluk Naga, pada tahun 1400 kawasan ini kedatangan perahu Tiongkok yang di bagian haluan memiliki ukiran naga. Segera terjadi perkawinan campur antara sembilan putri Tionghoa dan pepatih dari Kerajaan Sunda yang berkuasa kala itu.

Selanjutnya, pembangunan Masjid Kalipasir yang tertua di Tangerang pun melibatkan masyarakat Tionghoa. Menurut Eddie, menara Masjid Kalipasir berbentuk seperti pagoda dengan delapan sudut, kuburan dengan nisan bergaya Tionghoa, dan pelbagai pengaruh lain.

Semula masjid ini bertetangga dengan Klenteng Bun Tek Bio dan jemaah masjid kerap mengambil air wudu di sumur klenteng. Hal ini menggambarkan keakraban pergaulan di Teluk Naga ketika itu. Dari Teluk Naga, selain para nelayan, terciptalah masyarakat petani Tionghoa di Tangerang.

Membaurnya masyarakat pendatang dengan penduduk lokal, khususnya orang Betawi, memperkaya variasi perkembangan budaya Betawi itu sendiri. Orang Betawi, menurut beberapa kajian ilmiah tentang masyarakat asli Ibu Kota dan sekitarnya, disebut-sebut sebagai keturunan Kerajaan Tarumanegara.

Betawi sendiri muncul akibat pembauran penduduk asli di wilayah barat Pulau Jawa dengan berbagai suku bangsa pendatang, termasuk Arab. Betawi di Teluk Naga digolongkan sebagai Betawi Pesisir untuk menyebut masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, mereka juga disebut Betawi Udik karena dipengaruhi budaya China Benteng yang banyak menetap di Teluk Naga.

Saat berada di kawasan ini, keunikan khas Teluk Naga dengan percampuran masyarakat dan budayanya masih kental terasa. Pemerintah Kabupaten Tangerang menyadari kekayaan sejarah dan keragaman budaya menjadi modal bagi pengembangan Teluk Naga.

”Ini termasuk potensi fisik dan nonfisik. Tentu saja kami akan terus membangun dan menata,” kata Kepala Dinas Tata Ruang Kabupaten Tangerang Didin Samsudin sembari berjanji Teluk Naga di masa depan akan lebih menarik lagi.


Sumber :

http://cetak.kompas.com/read/2010/01/09/03245226/Akar.Betawi-China.di.Teluk.Naga

9 Januari 2010

Pulau Cangkir (Kronjo)

Pulau Cangkir atau Pulo Cangkir merupakan sebuah pulau kecil yang dahulu terpisah dari pulau utamanya. Tetapi kini Pulau Cangkir sudah tampak menyatu dengan main land-nya, ini karena ada upaya swadaya masyarakat sekitar dan pengelola situs untuk membuat jalan penghubung dengan menggunakan urugan tanah pada tahun 1995 lalu untuk memudahkan peziarah memasuki pulau tersebut.

Sebagai obyek wisata pantai, Pulau Cangkir merupakan obyek wisata ziarah karena di pulau ini terdapat makam Pangeran Jaga Lautan, Belum diketahui secara pasti sejarah asal mula keberadaan makam yang ramai dikunjungi peziarah dari berbagai wilayah di Nusantara ini, tetapi yang jelas menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Pangeran Jaga Lautan adalah seorang ulama besar yang menurut silsilah berasal dari keturunan sultan - sultan Banten. Pulau Cangkir berjarak sekitar 30 km dari Pusat Pemerintahan Tiga Raksa.


Jalur yang dapat ditempuh:
Balaraja - Kronjo - P. Cangkir atau
Kota Tangerang - Sepatan - Kronjo - P. Cangkir


Sumber :
http://www.bantenculturetourism.com/index.php?option=com_content&task=view&id=12459&Itemid=34
28 Mei 2009


Wisata Bahari
Pemkab Tangerang Akan Perbaiki Pulau Cangkir

Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, berencana memperbaiki sarana maupun prasarana pada objek wisata Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo mulai tahun anggaran 2009 mendatang karena saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.

Bupati Tangerang H Ismet Iskandar kepada Antara, Senin lalu, mengatakan, pihaknya telah menganggarkan dana untuk perbaikan sarana objek wisata yang berada di kawasan perairan Laut Jawa itu.

Namun, Iskandar enggan menjelaskan berapa anggaran tersebut karena telah diagendakan oleh Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) setempat untuk dibahas dan juga melibatkan dinas terkait lainnya.

"Semoga saja tahun depan kami memperbaiki sarana maupun prasarana umum di lokasi objek wisata tersebut demi menunjang arus wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke daerah ini," katanya.

Pihak pemerhati pariwisata di daerah ini mengeluh tentang keberadaan sarana umum pada objek wisata itu meski memiliki potensi besar bagi pemasukan dari sektor pariwisata bagi pemkab setempat.

Jika dikelola secara maksimal, tentu objek wisata Pulau Cangkir di Kronjo dapat memberikan pendapatan bagi Pemkab Tangerang. "Sebaliknya, jika sarananya dibiarkan begitu saja, tentu pelancong enggan datang," kata pemerhati pariwisata Muh. Saparudin.

Selain itu, jalan menuju objek wisata itu sepanjang 5,8 km rusak parah sehingga menyebabkan pengunjung enggan datang karena harus berjuang lebih dahulu agar sampai ke lokasi.

Padahal, seharusnya Pemkab Tangerang memperbaiki jalan karena menunjang program pemerintah pusat untuk kunjungan wisata terutama dari mancanegara maupun lokal dengan tajuk Visit Indonesia Year (VIY) 2008.

Bahkan tempat parkir atau sarana lain seperti tempat duduk atau tempat pedagang makanan tidak tersedia sehingga tampak semrawut dan mengganggu wisatawan saat mengunjungi objek wisata itu.

Meski objek wisata Pulau Cangkir merupakan salah satu dari puluhan agenda kunjungan wisata yang ditetapkan oleh Pemprov Banten dalam VIY, pemerintah daerah seakan kurang peduli untuk mendukung program itu.

Pulau Cangkir berada di salah satu gugusan pulau di perairan Laut Jawa. Di objek wisata tersebut terdapat makam yang dikeramatkan dan pada waktu tertentu banyak dikunjungi wisatawan lokal, terutama pada bulan Muharram tahun penanggalan Hijriah.

Objek wisata yang memiliki pasir putih dan hamparan pantai itu dapat dinikmati wisatawan sembari mencicipi aneka kuliner lokal berupa ikan bakar dan berbagai makanan laut lainnya. (Ami Herman)


Sumber :

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=203668

4 Juli 2008